🎓 Apa yang Saya Pelajari dari 3 Tahun Menjalankan Homelab: Perjalanan dari STB ke Infrastruktur Pribadi

🎓 Apa yang Saya Pelajari dari 3 Tahun Menjalankan Homelab: Perjalanan dari STB ke Infrastruktur Pribadi

📍 Permulaan: Rasa Penasaran dan STB Bekas

Empat tahun lalu, saya diberikan sebuah STB (Set-Top Box) oleh teman baik saya, bukan untuk nonton TV digital, tapi karena saya menemukan bahwa perangkat kecil ini bisa diubah menjadi server mini menggunakan Armbian.

Pada saat itu saya belum tahu apa itu LXC, tidak mengerti Docker, belum pernah mendengar Prometheus, dan hanya tahu SSH sekilas.

Namun, saya memiliki satu modal utama:

rasa ingin tahu yang besar terhadap dunia server dan jaringan.

Saya flash Armbian, masuk ke shell Linux untuk pertama kali, dan merasa seperti membuka pintu ke dunia yang sama sekali baru.

Hari-hari awal saya habiskan untuk:

  • Mempelajari struktur direktori Linux (/etc, /var, /home)
  • Mengatur jaringan statik dan hostname
  • Install layanan kecil seperti Samba untuk file sharing
  • Eksperimen dengan transmission-daemon untuk unduh otomatis

Saya sadar bahwa meskipun terbatas, STB ini bisa menjadi titik awal homelab saya.


💻 Tahap Selanjutnya: Server x86_64 dan Dunia Virtualisasi

Setelah beberapa bulan, keterbatasan STB mulai terasa. RAM terbatas, CPU lemah, dan tidak semua tool bisa dijalankan.

Akhirnya saya membeli sebuah PC bekas x86_64, dengan spesifikasi cukup untuk menjalankan Proxmox VE — saat itu saya baru mengenalnya.

Cluster Proxmox VE

🚀 Pertama Kali Mengenal Proxmox

Proxmox memperkenalkan saya ke konsep:

  • Virtualisasi berbasis KVM
  • LXC container yang ringan
  • Snapshot dan backup otomatis
  • Manajemen cluster dan UI web

Saya sangat terkesan karena kini saya bisa membuat:

  • Satu VM untuk Ubuntu server
  • Satu LXC untuk Docker host
  • Satu container untuk Nextcloud atau Jellyfin

Di sinilah homelab saya benar-benar tumbuh. Saya mulai:

  • Menyiapkan NAS lokal dengan File Browser
  • Membuat media server pribadi yang bisa diakses seluruh keluarga
  • Self-host Gitea sebagai alternatif GitHub pribadi
  • Membuat cadangan dengan rclone dan cronjob

Saya belajar bagaimana menjalankan layanan sungguhan, tapi tetap aman karena semuanya dikontrol sendiri.


⚡ Tantangan Daya dan Server ARM64

Setelah beberapa bulan menjalankan server x86_64 24/7, saya mulai memperhatikan:

  • Tagihan listrik meningkat
  • Server idle saat saya sedang tidur atau di luar rumah

Akhirnya, saya membeli board ARM64 (seperti Orange Pi atau SBC lainnya). Dengan power <10 watt, dia tetap bisa melayani tugas-tugas ringan.

Proxmox VE pada OrangePi 3B

🔄 Strategi Hemat Energi

Saya merancang sistem seperti ini:

  • Saat beban berat: server x86_64 aktif
  • Saat idle (hanya untuk file sharing atau DNS): server ARM64 yang aktif
  • Server x86_64 bisa dinyalakan hanya saat dibutuhkan

Dari sini saya belajar banyak tentang:

  • Efisiensi energi
  • Penggunaan Wake-on-LAN
  • Sinkronisasi antar-server
  • Redundansi dan failover sederhana

Saya tidak hanya belajar IT, tapi juga belajar mengelola infrastruktur secara cerdas dan efisien.


📈 Evolusi Monitoring: Masuknya Prometheus dan Grafana

Setelah sistem makin kompleks, saya mulai kehilangan kendali. Sering kali saya terlambat tahu bahwa:

Grafana + Prometheus + Exporter
  • Storage hampir penuh
  • Load CPU tinggi
  • Docker container crash

Saya mulai mempelajari monitoring stack:

  • Install Prometheus untuk scrape metric
  • Pasang Grafana untuk membuat visualisasi dashboard
  • Tambahkan node_exporter ke semua server
  • Gunakan cadvisor untuk memonitor container
  • Integrasi dengan ntfy.sh untuk notifikasi ke HP saya

Kini saya bisa melihat semua:

  • Beban CPU semua node
  • Koneksi jaringan
  • Uptime server
  • Status disk

Semuanya real-time, informatif, dan bisa diakses di mana saja.


🔐 Keamanan dan Privasi

Karena homelab saya sudah bisa diakses dari luar jaringan rumah, saya belajar pentingnya keamanan.

Nginx Proxy Manager

Saya mulai:

  • Mengatur firewall di MikroTik dan di server (ufw)
  • Menggunakan reverse proxy dengan autentikasi
  • Mengaktifkan HTTPS menggunakan Let's Encrypt
  • Melatih kebiasaan menggunakan SSH key login dan mematikan password

Saya juga menginstal iSpy sebagai solusi CCTV/NVR sederhana, menghubungkannya ke kamera rumah via RTSP, dan menyimpannya secara lokal ke HDD eksternal.

Ispy Agent


⚙️ Level Berikutnya: Automation dengan Ansible

Saya ingin bisa deploy konfigurasi server baru tanpa klik dan ketik manual. Maka saya mulai belajar Ansible.

Awalnya terasa seperti alien — YAML, playbook, inventory file — tapi setelah berhasil sekali, saya tidak pernah kembali ke cara manual.

Saya membuat playbook untuk:

  • Menyiapkan user dan SSH key
  • Install Docker dan Portainer
  • Deploy exporter dan monitoring
  • Sinkronisasi konfigurasi across server

Hanya dengan ansible-playbook deploy.yml, semua siap tanpa repot.


😅 Keluh Kesah dan Rintangan

Tentu, semua ini tidak mudah. Saya sering mengalami:

  • Update kernel di Proxmox bikin VM gagal boot
  • Server mati karena overheat di ruangan tanpa ventilasi
  • Lupa backup, padahal sudah tulis reminder sendiri
  • Salah konfigurasi firewall, malah memblokir semua port SSH
  • Waktu habis semalaman cuma debug docker-compose.yml typo

Tapi justru dari situ semua pelajaran datang.

Setiap kesalahan di homelab adalah guru terbaik saya.

🧠 Apa yang Saya Pelajari

  • STB pun bisa jadi awal belajar sistem
  • Proxmox adalah fondasi terbaik untuk eksplorasi virtualisasi
  • Docker mengajarkan saya tentang modularisasi
  • Grafana membuat saya merasa seperti DevOps engineer sungguhan
  • Ansible mengajarkan saya bahwa otomatisasi adalah kunci skala
  • Semua lebih bernilai jika didokumentasikan dan dibagikan

🧭 Refleksi: Homelab Bukan Sekadar Server

Homelab saya telah berkembang dari:

pgsqlCopyEditSTB kecil → Server x86_64 → Server ARM64 → Cluster pribadi lengkap

Dan saya tidak hanya belajar teknis, saya juga belajar:

  • Manajemen waktu
  • Disiplin dokumentasi
  • Menulis blog sebagai catatan dan kontribusi
  • Menyederhanakan sistem kompleks
  • Menjaga sistem tetap efisien dan aman

✨ Penutup: Bangun Lab, Bangun Ilmu

Saya percaya siapapun bisa membangun homelab. Tidak butuh alat mahal. Tidak perlu menunggu sempurna.

Yang kamu butuhkan hanya keberanian untuk mencoba, dan rasa ingin tahu yang tidak berhenti.

Saya hanya seseorang yang memulai dengan STB bekas, dan sekarang punya infrastruktur pribadi yang saya pahami luar dalam — dan saya bangga akan itu.


Kalau kamu sedang mempertimbangkan untuk membangun homelab sendiri — saya sangat menyarankan:
Lakukan sekarang, mulai dari kecil, dan teruslah berkembang.