β‘ Bagaimana Self-Hosting Meningkatkan Produktivitas Saya

β¨ Pendahuluan
Dulu saya banyak bergantung pada layanan cloud publik seperti Google Drive dan GitHub. Sejak membangun homelab sendiri, saya merasakan lonjakan produktivitas dan belajar berbagai hal praktis.
π Kendali Penuh dan Pembelajaran Linux
Self-hosting memaksa saya terbiasa Linux CLI. Dari instalasi Docker, membuat container, setup Samba, konfigurasi Fail2Ban, hingga mengelola Proxmox. Saya jadi mahir memakai perintah seperti systemctl
, journalctl
, nano
, dan docker-compose
. Ini membuat saya lebih percaya diri mengelola server.
π§© Belajar Jaringan dan Arsitektur
Selain Linux, saya mendalami jaringan:
β Membagi IP address untuk VM dan container
β Mengatur VLAN di Proxmox dan switch managed
β Belajar VXLAN untuk jaringan overlay
β Setup reverse proxy Nginx Proxy Manager
β Menggunakan Cloudflare Zero Trust agar server bisa diakses publik tanpa port forwarding
Semua ini dulu saya anggap rumit, sekarang menjadi kebiasaan.
π οΈ Workflow Otomatis dan Praktis
Saya memakai Proxmox untuk virtualisasi, Portainer untuk manajemen Docker, Grafana + Prometheus untuk monitoring, dan Uptime Kuma memantau uptime. Semua layanan diatur otomatis startup.
π‘ Layanan yang Saya Self-Host
β Jellyfin β Media server keluarga
β Gitea β Repositori private
β Ghost β Blog pribadi
β File Browser β Berkas online
β Fail2Ban β Cegah brute force
β Pi-hole β Blokir iklan
β Uptime Kuma β Monitoring uptime
β Cloudflare Zero Trust β Remote access
β Checkmk β Monitoring ringan
β Wazuh β SIEM dan security
π Pengalaman Unik
Saya pertama kali belajar di STB HG680 yang saya root dan install Armbian. Dari situ saya mengerti Linux dasar. Setelah itu, saya upgrade ke PC bekas dengan Proxmox. Lalu menambah Orange Pi 3B sebagai node monitoring hemat daya.
π― Penutup
Self-hosting membuat saya produktif, hemat biaya, dan memperdalam skill Linux, jaringan, virtualisasi, serta keamanan server. Semua berawal dari eksperimen kecil hingga akhirnya menjadi bagian penting aktivitas sehari-hari.