Kenapa Saya Membangun Homelab

🧭 Pendahuluan
Beberapa tahun lalu, saya sering bertanya-tanya:
“Bagaimana cara saya bisa belajar sistem server, jaringan, dan hosting… tanpa harus bekerja di perusahaan besar atau mengganggu sistem produksi orang lain?”
Dari situ, saya mulai mengenal konsep homelab — sebuah lingkungan IT pribadi yang saya bangun dari nol, di rumah, dengan perangkat seadanya. Awalnya sederhana, tapi kini telah menjadi mini data center pribadi yang menjadi pusat pembelajaran, eksperimen, dan bahkan tempat hosting layanan pribadi saya.
⚙️ Alasan Saya Membangun Homelab
1. 🧠 Belajar Teknologi Secara Praktis
Banyak teori yang saya pelajari tentang Linux, Docker, firewall, dan virtualisasi, tapi semua itu hanya benar-benar saya pahami saat saya langsung mencobanya di homelab.
Di homelab, saya bisa membuat kesalahan sebanyak mungkin tanpa risiko — tak ada bos, tak ada masalah.
Saya belajar:
- Install dan setting Linux server dari CLI
- Mengelola VM di Proxmox
- Deploy container pakai Docker & Portainer
- Setup monitoring dengan Prometheus dan Grafana
2. 💻 Membangun Infrastruktur Sendiri
Saya ingin layanan saya tidak tergantung pada pihak ketiga. Jadi saya mulai self-host:
- File server dengan File Browser
- Blog dengan Ghost
- Media server dengan Jellyfin
- Monitoring dengan Prometheus, Grafana, dan ntfy.sh
- Jaringan dengan MikroTik dan OLT EPON
Rasanya memuaskan saat bisa mengakses https://home.domain-ku.local
dan tahu bahwa semuanya saya kelola sendiri.
3. 🚀 Menguji Konfigurasi Sebelum Diterapkan
Saya sering bereksperimen:
- VLAN dan subnet isolasi
- Auto-provisioning ONT EPON
- Konversi server Ubuntu ke AlmaLinux
- Ansible untuk install server hanya dengan 1 playbook
Dengan homelab, saya tidak takut bereksperimen. Kalau salah konfigurasi? Tinggal reset snapshot, tidak masalah.
4. 🛠️ Membuat Lab untuk Testing dan Portofolio
Saya anggap homelab ini sebagai:
- Lab pribadi untuk uji semua tool DevOps
- Portofolio hidup yang bisa saya tunjukkan ke calon klien atau perusahaan
- Tempat membangun dokumentasi dan menulis blog
🖥️ Perangkat dan Layanan yang Saya Bangun
Hardware:
- 🖥️ Proxmox host dengan beberapa VM dan LXC
- 💾 HDD/SSD untuk storage dan backup
- 📶 MikroTik router dan EPON OLT (Hioso HC7302)
- ⚡ UPS untuk backup listrik
📦 Raspberry Pi & Orange Pi sebagai node ringan

Software & Tools:
- Docker + Portainer
- Ghost Blog (blog saya pribadi)
- Prometheus + Grafana + Alertmanager
- ntfy.sh untuk notifikasi
- File Browser untuk NAS ringan
ZeroTier dan Cloudflared Tunnel untuk remote access

🎁 Hal yang Saya Pelajari
Homelab bukan hanya tentang "install server", tapi juga tentang:
- Dokumentasi & disiplin
Saya belajar menulis catatan teknis, membuat playbook Ansible, dan membiasakan backup. - Manajemen resource
Saya belajar menghemat power, memantau beban CPU, dan efisiensi storage. - Keamanan
Saya belajar membuat reverse proxy, menyembunyikan port, dan mengatur firewall serta isolasi jaringan.
🔍 Tantangan yang Saya Hadapi
- 🔌 Power outage (karena belum full UPS)
- ⚙️ Kernel bug di Proxmox (butuh troubleshooting dan forum)
- 💡 Pemahaman SELinux dan firewall di AlmaLinux
- ⚠️ Signal loss di EPON karena fast connector yang kurang presisi
Tapi semua itu saya anggap sebagai bagian dari pembelajaran. Di homelab, setiap masalah adalah ilmu baru.
🌟 Penutup: Homelab Adalah Investasi Diri
Bagi saya, homelab adalah:
“Laboratorium teknologi yang bisa saya bangun dengan kebebasan penuh, tanpa batas, dan sepenuhnya dikendalikan oleh saya sendiri.”
Saya tidak harus menjadi engineer di perusahaan besar untuk belajar seperti profesional.
Dengan homelab, saya bisa:
✅ Membangun sistem
✅ Mengelola jaringan
✅ Belajar otomatisasi
✅ Meningkatkan skill IT
✅ Menulis dan berbagi lewat blog saya sendiri
💡 Saran untuk Kamu yang Ingin Memulai
- Mulai dari kecil: 1 PC, 1 VM, 1 stack Docker
- Pilih topik yang kamu suka: file server, media, blog, DNS, monitoring
- Dokumentasikan semuanya
- Bangun komunitas: blog, Discord, GitHub